Kayaknya aku memang lebih cocok copypaste ke blog daripada duduk berjam-jam mikir mau nulis apa di blog
Hmm, bukan blogger yang baik ya?
Tadi pakdhe dateng. Aku cuekin, wong aku lagi belajar. Pas belajarnya kelar, baru aku keluar. Mama sempet bilang aku cocok sama siapa aja kecuali sama dia. Yee, salah sendiri nggak berusaha cocok. Katanya aku cocok sama tante Sari, Safa, Ariel, Alsa, sepupu-sepupu, om-tante, semua. Ada yang nggak mereka tau.
Aku ini keras kepala, aku akui. Aku nggak percaya zodiak walopun ada juga yang cocok di aku. Misalnya ya keras kepala tadi. Tapi aku anggap itu bukan karena shio, zodiak, dll. Lingkungan yang membentuk aku seperti itu. mari bercerita.
Sebutlah cewek, A, punya kakak dan adik yang bandel-bandel dan dia yang SELALU kena getahnya. Kakaknya cewek B, adiknya cowok C.
Waktu SMA, si A ini nggak dibolehin pacaran. Tiap pulang telat, dia dihajar dan di-judge habis pacaran. Pernah orang tuanya salah tanggap, terlanjur mukuli sampai babak belur, dan sepatah kata maaf pun nggak ada. Kuulangi, NGGAK ADA PERMINTAAN MAAF!
Si B ini mbethiknya amit-amit jabang bayi. Dia nggak suka disuruh-suruh dan hebatnya di bawah ke”sadis”an ortu mereka, si B ini sering banget lolos dari acara hajar-menghajar. Suatu kali waktu B kuliah dan pacaran, pacarnya main ke rumah dan ngajak keluar. Si A disuruh ikut tapi nggak bareng. Usilnya B keluar dan mereka ngambil shortcut jadi pulang lebih cepet. Jadilah, A terlambat dan di rumah dia dimarahi habis-habisan sementara B cekikikan sama pacarnya (akhir-akhir ini pacarnya sadar dan udah minta maaf ke A, tapi tetep, A sakit hati)
Kalau A kedatengan temen cowok, pasti ortunya nggak suka. Bilangnya nggak sreg. Padahal, helloooo.. siapa sih yang mau langsung pacaran. Cuma ngenalin itu lhoooo.... astagaaaaa..
Ortunya nggak kalah bikin sakithati. Selalu belain si C. Apapun yang terjadi, siapapun yang salah atau bener. Selalu si C. Maklum, anak emas. Pernah suatu hari si A dijotos mukanya (kena mata) sampe ada error di matanya. Again, there’s no ”I’m sorry” from them.
Sampai saat ini, A pernah diusir dari rumah, at least 3 kali.
Aku nahan airmata denger ceritanya.
Ya tentu itu tadi cerita yang sudah disamarkan.
Tapi kira-kira mirip itulah aku diperlakukan. Walopun more beradab dan less biadab. Banyak banget kesamaan. Sering dituduh yang nggak-nggak, nggak boleh pacaran, cuma teori nggak ada praktik.... Ngerti nggak maksudnya cuma teori nggak ada praktik? Dari kecil tentu kita diajari: kalo salah minta maaf, kalo kesulitan minta tolongnya yang sopan setelah itu bilang terimakasih, dll.. ya nggak sih? Kalo kalian enggak, ya maaf, kita beda aliran *ketawa kering*
Tapi nggak. Di rumah, DIA adalah raja. Raja nggak pernah salah. Kalo salah, cek lagi aturan sebelumnya. Suka marah seenaknya. Kalo salah nggak mau minta maaf malah aku dimarahi. Nyuruh nyuruh yang nggak masuk akal (masuk akal nggak sih kalo kamu yang lagi sibuk di tempat yang jauh dipanggil diteriakin dimarah-marahin cuma buat NGAMBILIN BARANG REMEH YANG ADA DI DEKET DIA YANG NYURUH KAMU SEMENTARA DIA NGGAK NGAPA-NGAPAIN???
Mereka nggak ngerti seberapa besar sakit hati yang udah dipendam si A. Mereka cuma ngerti dia keras kepala. Aku diberi kesempatan untuk mengenal dia lebih dalam, memahami, dan mencoba membantu dia. I’ll try, trust me :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar